16 February 2011

di Ujung Stasiun Bandung

sore itu,, ketika matahari mulai membentuk sudut lebih dari 90 derajat,,
itu hari ke 2 dari 2 hari ia mendapat long weekend.
perpisahan kami pun terjadi, ia kembali bertugas sebagai anak negara. yang harus meninggalkan aku sendiri di kota kelahiran untuk menghabiskan liburan semester ganjil ini. ini hal yang sudah menjadi biasa untuk aku, karna ini kenyataan yang harus dihadapi. selalu ditinggal.

di rumah, ia berkata sampai jumpa dan aku pun tak bisa berkata banyak. hanya doa yang membuat aku kuat. tak banyak harapan apa-apa, aku hanya berharap, aku bisa bertemu dia kembali di waktu yang akan datang. yaah, 6 bulan lagi aku bisa kembali bertemu dengannya, sebuah waktu yang cukup panjang. tapi, aku sudah cukup terbiasa dengan semua ini. aku sudah menjalani ini sekitar satu setengah tahun. setelah dia sah menjadi anak negara, tepatnya putra samudera.
selama satu setengah tahun aku belum pernah melepas dia di stasiun, melihat dia berangkat menggunakan kreta api. itu keinginan terbesarku. sebuah keinginan untuk mendampingi dia hingga keberangkatannya. akhirnya, dengan tekad dan niat yang kuat, aku memutuskan untuk pergi, ditemani adik dan temanku.
begitu tiba di stasiun bandung, aku pun berjalan menuju jalur kereta, aku pun bertemu dengan temannya, sedikit kami berbincang, dan aku meminta temannya untuk tidak memberitahu dia bahwa aku ada disini. lalu, aku pun masih bingung mencari tempat menunggu, dan ternyata, temannya memberi tau dia, bahwa aku ada disitu, tiba-tiba dia menghampiriku, dan kami berada di jalur 1. jalur keberangkatan dia.
ia tersenyum. dan dia sangat terkejut dengan kehadiranku. aku yang datang tanpa rencana, dan tidak bilang padanya, hingga akhirnya 25 menit sebelum ia berangkat, aku pun berbincang dengannya. 25 menit itu terasa amat sangat cepat, sempat adikku mengambil gambar aku dan dia. rasa ini campur aduk jadi satu. aku bahagia, aku bisa ada dihadapannya ketika ia butuh aku, aku bahagia,aku bisa mendampingi dia. tapi, aku sedih ketika ia harus naik ke kreta, memandangku dari jendela kereta, melambaikan tangan dan tersenyum. aku pun mencoba tersenyum, melambaikan tangan. walau hati ini menolak secara langsung.
ya. dia sudah berangkat menjalankan tugasnya, rasanya berat sekali berhadapan langsung dengan keberangkatannya. aku pun mencoba menghibur diri. aku pun mencoba untuk tidak menunjukan bahwa aku sedih, aku harus salalu terlihat kuat, harus terlihat ikhlas didepannya.
kereta pun berlalu hingga aku tidak bisa melihat setitik pun wujud kereta tersebut. aku kembali kerumah, dan aku bisa membedakan, apa yang dirasakan ketika aku melepasnya hanya dirumah dengan aku melepaskannya hingga dia tak terlihat,.
semua yang ditinggalkan itu emang tidak enak. tapi, kita harus ikhlas, hrs bisa menerima. aku ditinggal untuk sementara, dan tugasku hanya menunggu hingga ia kembali.

-lovelovehug-

0 comments:

Post a Comment